Dalam Agama Hindu, secara verbal sudah menyatakan
bahwa air atau tirta menduduki posisi paling hakiki dan paling sakral. Hingga
kini, kalau kita amati secara mendalam, adakah sebuah upakara atau ritual di
Bali yang bisa dipuput tanpa tirta? Tidak ada. Upacara selalu terkait dengan
mata air, beji dan, patirtan. Tak ada pewalian atau odalan tanpa rangkaian mendak
tirta (menjemput tirta). Ini sebuah bentuk sublim penghargaan terhadap ibu. Bisa
kita lihat dari roh suci yang menjaga sumber air dan sungai selalu feminin,
bergelar Dewi, Ratu Ayu, atau Bhatari. Bukankah ini sebuah warisan “pelajaran
gender” dan feminisme yang diturunkan dalam ritual? Ya, memang benar seperti
itu adanya. Pada Kesempatan Kali ini saya akan memberikan sebuah informasi
tentang keberadaan tirta yang disakralkan.
Kuburan. Disitulah tempat keberadaan tirta atau yang
dikenal dengan air suci tersebut. Tirta atau air suci ini terdapat di sebuah
kuburan milik Desa Pekraman keliki, yang beralamat di Jalan Setra, Banjar
Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar-Bali. Lebih khususnya lagi,
tirta ini berada tepat di arah barat laut, daerah kuburan tesebut. Di arah
barat laut kuburan, genah atau tempat
tirta tersebut, terdapat tempat munculnya tirta tersebut yang terbuat dari
batu/paras berbentuk kotak. Di sekeliling kotak itu terdapat tulang belulang
dan tengkorak manusia. Hal itu menimbulkan suasana yang menyeramkan jika
menghampiri tempat tirta tersebut.
Jika ingin mendapatkan
tirta tersebut, cukup siapkan mental saja. Sebab, harus memasuki kuburan pada
hari – hari yang disucikan oleh umat beragama Hindu. Pada hari raya Kajeng
Kliwon misalnya. Namun, jika seseorang memiliki keyakinan dengan tirta ini dan
bisa berkonsentrasi saat nunas tirta tersebut, niscaya segala permasalahan
ataupun penyakit yang ada dalam diri kita sendiri bisa disembuhkan dan diselesaikan. Tirta
ini adalah tirta yang muncul dengan sendirinya, jika seseorang berniat nunas dan dijadikan sebagai obat ataupun
keperluan lain. Caranya sangat mudah sekali. Cukup dengan membawa canang sari,
3 buah dupa, dan konsentrasi. Setelah itu panjatkan doa agar tirta tersebut
datang dan mengisi tempat yang tadinya kosong. Jika tirtanya sudah turun,
silahkan mohon izin untuk nunas dan sebelum meninggalkan kuburan dianjurkan
untuk mepamit terlebih dahulu. Menurut Ida Bagus yang menjadi pemangku di pura
prajapati, tirta tersebut sudah ada sejak dahulu kala dan sampai saat ini tidak
diketahui penemunya. Setelah saya mewawancarai beberapa warga di Desa Keliki,
ternyata sekitar 75% masyarakatnya tidak mengetahui keberdaan tirta tesebut.
10% masyrakat mengetahui, namun khasiatnya belum diketahui secara penuh. Dan hanya
15% masyarakat yang tau betul tentang tirta tersebut. Kebanyakan adalah orang
suci dan pemuka desa saja.
Ternyata, selain
bisa menyembuhkan penyakit yang diderita oleh manusia, tirta ini juga bisa
menyembuhkan penyakit binatang peliharaan kita. Tirta ini diciptakan sudah pasti khendak ISHW/TYME.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar