My Post

Minggu ini khusus unsur budaya "Sistem Religi"

Kamis, 06 Desember 2012

Air Suci Multifungsi


           Dalam  Agama Hindu, secara verbal sudah menyatakan bahwa air atau tirta menduduki posisi paling hakiki dan paling sakral. Hingga kini, kalau kita amati secara mendalam, adakah sebuah upakara atau ritual di Bali yang bisa dipuput tanpa tirta? Tidak ada. Upacara selalu terkait dengan mata air, beji dan, patirtan. Tak ada pewalian atau odalan tanpa rangkaian mendak tirta (menjemput tirta). Ini sebuah bentuk sublim penghargaan terhadap ibu. Bisa kita lihat dari roh suci yang menjaga sumber air dan sungai selalu feminin, bergelar Dewi, Ratu Ayu, atau Bhatari. Bukankah ini sebuah warisan “pelajaran gender” dan feminisme yang diturunkan dalam ritual? Ya, memang benar seperti itu adanya. Pada Kesempatan Kali ini saya akan memberikan sebuah informasi tentang keberadaan tirta yang disakralkan.
          Kuburan. Disitulah tempat keberadaan tirta atau yang dikenal dengan air suci tersebut. Tirta atau air suci ini terdapat di sebuah kuburan milik Desa Pekraman keliki, yang beralamat di Jalan Setra, Banjar Keliki, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar-Bali. Lebih khususnya lagi, tirta ini berada tepat di arah barat laut, daerah kuburan tesebut. Di arah barat laut kuburan, genah atau tempat tirta tersebut, terdapat tempat munculnya tirta tersebut yang terbuat dari batu/paras berbentuk kotak. Di sekeliling kotak itu terdapat tulang belulang dan tengkorak manusia. Hal itu menimbulkan suasana yang menyeramkan jika menghampiri tempat tirta tersebut.
           Jika ingin mendapatkan tirta tersebut, cukup siapkan mental saja. Sebab, harus memasuki kuburan pada hari – hari yang disucikan oleh umat beragama Hindu. Pada hari raya Kajeng Kliwon misalnya. Namun, jika seseorang memiliki keyakinan dengan tirta ini dan bisa berkonsentrasi saat nunas tirta tersebut, niscaya segala permasalahan ataupun penyakit yang ada dalam diri kita sendiri bisa disembuhkan dan diselesaikan. Tirta ini adalah tirta yang muncul dengan sendirinya, jika seseorang berniat nunas dan dijadikan sebagai obat ataupun keperluan lain. Caranya sangat mudah sekali. Cukup dengan membawa canang sari, 3 buah dupa, dan konsentrasi. Setelah itu panjatkan doa agar tirta tersebut datang dan mengisi tempat yang tadinya kosong. Jika tirtanya sudah turun, silahkan mohon izin untuk nunas dan sebelum meninggalkan kuburan dianjurkan untuk mepamit terlebih dahulu. Menurut Ida Bagus yang menjadi pemangku di pura prajapati, tirta tersebut sudah ada sejak dahulu kala dan sampai saat ini tidak diketahui penemunya. Setelah saya mewawancarai beberapa warga di Desa Keliki, ternyata sekitar 75% masyarakatnya tidak mengetahui keberdaan tirta tesebut. 10% masyrakat mengetahui, namun khasiatnya belum diketahui secara penuh. Dan hanya 15% masyarakat yang tau betul tentang tirta tersebut. Kebanyakan adalah orang suci dan pemuka desa  saja. 
                Ternyata, selain bisa menyembuhkan penyakit yang diderita oleh manusia, tirta ini juga bisa menyembuhkan penyakit binatang peliharaan kita. Tirta ini diciptakan sudah pasti khendak ISHW/TYME.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar